Misteri Prasasti Kuno di Pendopo Pengayoman Belum Terpecahkan


Misteri prasasti kuno yang ditemukan di kompleks Pendapa Pengayoman Temanggung pada tahun 2014 hingga saat ini belum terpecahkan. Tulisan pada batu berbentuk persegi panjang dengan huruf Kawi dengan bahasa Jawa kuno itu belum terbaca secara keseluruhan, sehingga maksud dari prasasti itu belum diketahui.

Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Temanggung, Didik, Nuryanto mengatakan, sulitnya menguak misteri tulisan Jawa Kuno pada pahatan batu bernilai sejarah tinggi tersebut karena sebagian sudah rusak. Rusaknya pahatan batu berbentuk tulisan itu membuat ahli epigraf sulit membacanya.

“Kami sudah berupaya maksimal, dengan menggandeng Balar dan BPCB untuk menguak misteri batu prasasti kuno itu. Tapi karena kondisinya sudah terlalu tua dan termakan jaman sehingga banyak pahatan tulisan di batu rusak, jadi tulisan belum bisa terbaca sepenuhnya,”ujar Didik, Minggu (21/2).

Dikatakan, prasasti itu dulu ditemukan secara tidak sengaja oleh para pekerja yang tengah menggali pondasi bangunan pagar pendapa. Semula dikira batu biasa, namun setelah diamati bernbentuk empat persegi panjang ada hiasan, dan tulisan kuno.

Menurut Didik, batu prasasti itu sebenarnya memiliki arti penting bagi Temanggung, sebab setidaknya pasti menggambarkan kehidupan masa lampau di lereng Sumbing-Sindoro. Tak dapat dipungkiri, selain prasasti itu, di Temanggung memang banyak ditemuka benda-benda bersejarah jaman Mataram Kuno. Dengan demikian, kawasan Temanggung pada jaman dulu diperkirakan merupakan salah satu tempat penting.

Baru sedikit yang bisa terkuak dari prasasti itu setelah tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta, dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng melakukan penelitian. Isi dari tulisan berbahasa Jawa kuno itu diperkirakan dibuat pada abad IX Masehi.

Pada awal kalimat di bagian atas prasasti terbaca angka tahun 784 Saka atau 862 Masehi sekitar abad IX. Jika biasanya batu yang digunakan jenis andesit, tapi ini bukan dari jenis tersebut tapi berwarna putih. Lalu satu kalimat dapat terbaca, yakni swasti cakawarsa tita artinya selamatlah tahun saka yang telah lewat, tanpa diketahui corak Hindu atau Buddha.

“Diperkirakan prasasti itu sejaman dengan Pikatan dan Candi Gondosuli atau Liyangan. Sekarang masih di pendapa kita beri atap, tapi ke depan akan kita pasang di sekitar taman pendapa. Ini bagian penting dari Temanggung masa lampau,”katanya.

(Raditia Yoni Ariya/CN19/SMNetwork)

Sumber: Suara Merdeka
Previous
Next Post »